INFINITE : IN US 'Precious Memories'

Author
: Writer’s / @dian_dinaaa (Twitter)
Gender
: Angst , Bromance , Drama , General , Hurt/ Comfort , Life
Length / Type
: Chapteres / Series Fic
Penokohan
: INFINITE Member , AU (Alternative Universe)
Rating
: NC – 17 : NO CHILD, No One 17 and Under Admitted



CHAPTER 1 : PRECIOUS MEMORIES

Sebuah mobil van berwarna hitam tampak memasuki sebuah gedung dimana acara variaety show unggulan MBC dilakukan. Ya, Weekly Idol memang menjadi acara kegemaran para k-popers sejak rilis pada tahun 2010 silam.

Tepat di lantai 3 basement gedung itu, para crew weekly idol telah sibuk mempersiapkan shooting hari ini. Tak berapa lama, sang bintang tamu pun datang yaitu INFINITE. Para member dan tim tampak menyapa crew dengan canda dan tawa. Memang wajar saja, Weekly Idol sendiri sudah menjadi rumah kedua setelah woollim di karenakan sudah total 13 kali INFINITE membintangi acara tersebut.

Masih ada waktu satu jam sebelum shooting dimulai. Tiap orang sibuk melakukan tugasnya masing-masing. Penata make up dan Coordi Noona pun mulai mengurus INFINITE agar tampil stylish di layar kaca.

Kawi Bawi Bo, sebuah cara paling ampuh dalam menyelesaikan segala macam masalah. Begitupun dengan Infinite, mereka melakukannya untuk mengatur antrian make up. Udara yang panas di lokasi Weekly Idol sering kali membuat make up mereka cepat luntur tergerus keringat. Karena itulah siapapun yang menang akan mendapat giliran terakhir dalam proses make up.

Ditengah persiapan, salah satu MC Weekly Idol yaitu Jung Hyung Don datang menghampiri Infinite ditemani seorang kamera men dibelakangnya. Suasana yang awalnya hening kini menjadi gemuruh.

“Apa kalian selalu diam saat tidak ada kamera? Betapa damainya.” Celetuk Hyung Don.
“Tidak. Biasanya kami selalu punya topik untuk ditertawakan. Namun sepertinya kami masih harus menyimpan tenaga untuk tertawa bersamamu nanti, Hyung.” Ucap Hoya.
“Hyung, pergilah. Kau akan merusak konsentrasi penata make up ku.” Ucap sunggyu dari meja rias. Terlihat juga ada L dan Sungyeol di sampingnya.
“Tunggu sebentar. Bukankah ini sebuah kebodohan? Kau adalah leader disini. Kenapa kau dapat giliran tiga orang pertama yang di make up?” Hyung Don mendekati Sunggyu.
“Hyung, kau adalah orang yang paling sering meledek bentuk mataku. Haruskah kujelaskan betapa sulitnya membuat mataku terlihat lebih besar meski hanya bertambah satu mili meter?” Perkataan Sunggyu membuat seisi ruangan tertawa lepas.
“Hyung, dia berbohong. Sunggyu adalah orang kedua terburuk setelah Myungsoo dalam melakukan Kawi Bawi Bo.” Tukas Hoya. Hal ini membuat keadaan semakin riuh.
“Wah. Lihatlah, mata Sunggyu mengatakan bahwa Hoya akan tidur di luar dorm nanti malam.” Timpa Hyung Don. Sunggyu menahan rasa kesal dibalik wajah imutnya.
“L, benarkah kau yang terburuk?” Kini Hyung Don beralih pada L.
“Bukan hanya buruk. Tapi aku juga memiliki tingkat kesialan tertinggi dalam hal Kawi Bawi Bo.” L menjawabnya tanpa segan.
“Aku mengerti betapa sulitnya jalan hidupmu.” Hyung Don menepuk pundak L. Pemuda itu tertawa terbahak karenanya. “Lalu diantara kalian berempat, siapa yang paling sering beruntung saat melakukan Kawi Bawi Bo?” Hyung Don kembali mendekati Hoya, Dongwoo, Woohyun, dan Sungjong yang masih santai di sofa menunggu giliran make up.
“Hyung. Kau tidak bertanya padaku? Setidaknya tanyakan bagaimana kabarku.” Tiba-tiba Sungyeol berseru.
“Heeey… aku tahu bahwa kau adalah terburuk nomor tiga..” Ledek Hyung Don. Dia memang pandai dalam membuat orang di sekitarnya bahagia.
“Aku menjadi pemenang kali ini.” Sungjong angkat bicara.
“Wah, Maknae kita sekarang sudah memiliki hal untuk dibanggakan..” Ucap Hyung Don. Entah sudah berapa kali pria paruh baya itu membuat kerusuhan hanya dalam hitungan menit. Tampak Dongwoo yang sejak tadi tak henti mendengar teman-temannya yang diledek tanpa ampun. “Dongwoo, apa kau selalu seperti ini? Kau tampak selalu bahagia di depan semua orang.” Lanjut Hyung Don.
“Itu karena dia selalu berada di tiga teratas dalam Kawi Bawi Bo. Dongwoo sangat jarang kalah. Aku bisa menghitung kekalahannya.” Tukas Woohyun.
“Hyung. Kau sendiri kenapa belum di make up?” Tanya Sunggyu.
“Aku dan Defcon adalah raja dari segala hal yang buruk.  Kami telah selesai make up sejak kalian belum datang tadi. Hingga akhirnya wajah kami kembali seperti orang yang baru bangun tidur saat shooting dimulai.” Jawabnya kesal. Benar-benar hal yang menyenangkan bisa berada di tempat yang sama dengan pria yang satu ini. Tidak ada sedikitpun celah untuk tidak tertawa bersamanya.

Hari itu bergulir seperti biasanya. Penuh tawa dan canda serta kebersamaan.Usai menyelesaikan jadwal show dan pemotretan, Infinite langsung kembali ke dorm saat petang menjelang.
***
Beberapa kali Woohyun menengok kearah jam yang menggantung di dinding. Ditengah kegelapan, samar terlihat bahwa kedua jarum itu bertemu di angka 12. “Apa ini sudah waktunya?”Ucapnya lirih.

“Tunggu apa lagi. Ayo, cepat..!” Sunggyu memberi aba-aba. Kelima orang lainnya mengikuti langkahnya yang berjalan mengendap-endap dengan posisi setengah membungkuk agar langkah kaki mereka tak terdengar di tengah sunyinya malam.
Kini, keenam namja itu mengelilingi seorang Dongwoo yang tengah terbuai dalam mimpi indahnya.
“Aku ragu tentang hal ini. Tapi apakah dia akan terbangun?” Tanya Sungjong.
“Entahlah, Sewaktu kita masih tinggal di dorm yang lama,Aku pernah tanpa sengaja menginjak kakinya dengan keras saat aku terbangun untuk buang air kecil di tengah malam. Dan ketika ku tanya esok paginya, Dongwoo mengatakan bahwa tidurnya sangat nyenyak semalam.” Jelas L.
“Dia tidur seperti orang pingsan. Bahkan lebih buruk dari itu.” Sanggah Sungyeol.
“Hey. Sulit membawa Dongwoo kembali ke alam nyata tanpa dibantu oleh senjata. Karena itulah aku sudah menyiapkan benda ini.” Hoya mengeluarkan sesuatu dari tas yang dibawanya.
“Pantas saja. Aku bertanya-tanya kenapa kau membawa tas di dalam rumah. Syukurlah kau belum gila.” Ledek Sunggyu.
“Hyung, kau merusak kreatifitasku.” Ujar Hoya. Semuanya tertawa kecil.
“Hey, mengapa harus tertawa kecil? Bahkan jika kita berteriak sekalipun, Dongwoo tidak akan terbangun.” Celetuk Woohyun.
“Hahahahaaaaa….” Seketika keenam pemuda itu tertawa kencang hingga kamar itu mendadak riuh. Dan benar, Dongwoo tak berkutik sedikitpun dari tidurnya.
Aiiisshh .. jinja Namja satu ini benar-benar..” Sungyeol menepuk kencang bokong Dongwoo. Hasilnya sama saja. Dongwoo tampak makin terlelap.
“Hoya, apa alat pertamamu?” Tanya L.
“Kalian tahu anjing milik tetangga di samping Dorm lama kita? Dia terus menggonggong kencang dan itu sangat berisik. Aku menggunakan ini dan menyemprotkannya dari jendela. Dan ini sangat ampuh.” Hoya mengeluarkan water gun. Sunggyu langsung mengambil benda itu dan menyemprotkannya pada wajah Dongwoo.
“Woaah Daebak..! Dongwoo Hyung terbangun!” Seru Sungjong saat melihat Dongwoo yang menggeliat seolah akan terbangun.
“Apakah dia akan benar-benar terbangun?” Woohyun kaget.
Namun ternyata, Dongwoo hanya mengusap wajah basahnya dan mengubah posisi tidurnya. “Aku sudah menduga hal ini. Kita gunakan cara kedua.” Ucap Hoya.
“Baiklah. Keluarkan alatnya.” Pinta Sunggyu. Hoya mengeluarkan sebuah Alat pengeras suara yang biasa disebut Toa. Kini L yang mengambil alih benda itu. Dia beriak kencang dengan suara minor nya hingga semua yang ada disitu menutup telinganya rapat. Namun tetap saja tak ada respon dari Dongwoo. Dia menarik selimutnya hingga sekujur tubuhnya terbungkus oleh benda hangat itu.
“Apa dia monster? Ini sungguh membuatku gila.” Sungyeol kesal.
“Kita gunakan rencana ketiga.” Ujar Hoya.
“Kau yakin ini akan berhasil?” Tanya Woohyun. Hoya mengangguk pasti. “Baiklah, keluarkan alatnya.” Lanjut Woohyun sambil menengadahkan telapak tangannya.
“Kalian.” Singkat Hoya.
“Apa?” Ucap semuanya berbarengan.
“Saat aku kecil, Ibu sering membangunkan ayah yang sulit dibangunkan dengan cara memencet jari tengah kakinya. Dan itu sangat ampuh.” Jelas Hoya.
“Baiklah. Kali ini aku yang akan melakukannya.” Sungjong menawarkan diri. Tangannya menelusup ke kaki Dongwoo yang tertutup selimut. Ia berusaha sekeras mungkin melakukan apa yang dijelaskan oleh Hoya tadi.
“Kau sudah melakukannya?” tanya Sunggyu.
“Apa kau tidak melihat wajahku, Hyung? Aku sudah melakukannya sekeras mungkin.” Sungjong menyerah.
“Baru kali ini teori ibuku dipatahkan. Dongwoo benar-benar seorang maniak.” Hoya berucap terheran.
“Satu-satunya cara yang masih tersisa adalah membawanya ke rumah sakit.” Sungyeol tampak menjadi yang paling kesal disana. Dongwoo benar-benar membuatnya gemas.
“Baiklah. Ini cara terakhir sebelum membawanya ke rumah sakit. Ayo, bantu aku mengangkat tubuhnya.” Seru Sunggyu.
Dengan tubuh yang masih terbungkus selimut, Dongwoo diangkat oleh rekannya. Mereka berjalan menuju kamar mandi dibawah aba-aba Sunggyu.
“Apa kalian siap?” Tanya sunggyu. Semua mengangguk. L yang sedari tadi memegang sebuah handy cam berusaha mengambil posisi yang bagus untuk mengabadikan moment itu.
“Hana, Dul, Set..!!” Ucap semuanya bersamaan. Dan di hitungan ketiga, mereka melemparkan Dongwoo ke dalam Bathub berisi air yang sangat dingin. Dan seketika itu juga Dongwoo bangun dari tidurnya sambil berteriak kencang. Suasana menjadi riuh di detik itu.
“Saengil Chukka Hanmida, Saengil Chukka Hanmida..” Nyanyian wajib saat ulang tahunpun berkumandang dari mulut dan hati enam Idol korea itu.

Ditengah rasa dingin yang menerpa, Dongwoo tertawa keras melihat keadaan di sekelilingnya. Ya, tepat dini hari itu, 22 November 2015, Dongwoo menginjak garis usianya yang ke 25. Air mata bahagianya tercampur dengan air dalam bathub tersebut. Ia benar-benar dibuat terharu di setiap tahunnya.

Bagi Dongwoo, sungguh sebuah anugrah Tuhan karena bisa memiliki saudara yang dipersatukan dalam grup Idol seperti Infinite. Bernyanyi, menari, dan tersenyum  bersama mereka di atas panggung adalah memori yang sangat berharga untuknya. Dongwoo merasa menjadi orang yang beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya dengan tulus dan apa adanya.

“Hyung, kau baik-baik saja?” Sungjong menggantungkan handuk di tubuh Dongwoo yang basah kuyup.
“Apa kalian ingin membunuhku tepat di hari ulang tahunku?” Canda Dongwoo.
“Heeyy… beruntunglah karena kami tak membawamu ke rumah sakit tadi. Sadarkah kau betapa menghawatirkannya dirimu?” Sunggyu merangkul pundak Dongwoo.
L yang membawa handy cam mencoba melakukan selca cam dengan Dongwoo. “Lihatlah, kami ada bersamamu di detik ini, bagaimana perasaanmu, Dongwoo ssi?” Tanya L.

Dongwoo mengarahkan pandangannya pada kamera, begitupun member lainnya yang merapatkan diri dibelakang Dongwoo. Mereka tak mau terlewatkan dalam eksis di depan kamera.

“Haruskah aku mengatakan bahwa kalian itu menyebalkan?” Ucap Dongwoo. Kata-katanya mengundang tawa. “Sejujurnya, aku sulit menyembunyikan rasa kebahagiaanku di hadapan semua orang. Aku selalu tertawa di hadapan semua orang. Dan aku selalu menangis bahagia di depan orang yang aku sayang.” Ucap Dongwoo.
“Apa kau juga tertawa dan menangis di hadapan Yeoja Chingumu?” Ledek Sunggyu.
“Geeezzzz.. Bukan itu maksudku. Kalian adalah orang-orang yang aku sayang. Kalian adalah keluarga bagiku. Bahkan ibuku selalu mengirimkan tujuh paket makanan kesini. Dia mengatakan bahwa putranya kini ada tujuh.” Ucap Dongwoo.
“Kau benar, kami menyayangi ibumu juga.” Ucap Woohyun.
“Hey, ayo kita mengambil gambar.” Seru Hoya. Ia telah menyiapkan Kamera Polaroid yang terpadang erat di atas Treepod. Dia mensetting timer di kamera itu lalu berlari menuju rekan-rekannya yang telah bersiap. Dengan atribut ulang tahun beserta kue ulang tahun, ketujuh pemuda itu berpose dengan ekspresi bahagia dan terlihat sangat murni. Sungguh sebuah KENANGAN BERHARGA yang tak akan pernah mereka lupakan.

Dalam satu tahun, mereka akan mengalami moment yang sama di setiap ulang tahun para member. Kolase hasil polaroid tergantung di ruang tengah dorm mereka akan bertambah banyak setiap ulang tahun para member seolah menjadi saksi bisu kebersamaan mereka.Telah timbul banyak sekali kenangan yang teramat indah dan membahagiakan.

Kini sudah lima tahun mereka bersama sejak awal debut. Langit yang menggantung di cakrawala dan bumi yang bersujud di lantai dunia, serta angin yang berlarian mengejar satu sama lainnya, menjadi saksi perjalanan hidup mereka sebagai Infinite dalam mengejar angan dan cita-cita.
Akan tetapi akan kah hal itu akan tetap menjadi alasan terbesar mereka untuk tetap bertahan di gemerlap dunia keartisan  ataukah nantinya semakin lama hal itu akan menjadi sesuatu yang tidak berarti untuk di pertahankan ?

To Be Continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar